SALAM GARUDA MERAH

Senin, 07 Juli 2014

Prabowo – Jokowi: Kematangan Pemimpin #CerdasMemilih










Prabowo – Jokowi: Kematangan Pemimpin #CerdasMemilih


“Berfikir Terbuka. Informasi baik atau buruk, benar atau salah, suka atau tidak; dengar, lihat dan analisa. Penyesalan selalu terlambat”. (budhany.wordpress.com)
TVOne melansir potongan berita yang diunggah dalam situs Youtube dengan judul ‘TVOne Sindir PDIP Sama Dengan Partai Komunis (PKI)’. Namun tidak ada wawancara dan konfirmasi dalam berita itu. Berikut narasi berita yang disiarkan, Rabu malam, 2 Juli 2014.[1]
Terkait laten komunis, ternyata Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan membina hubungan erat dengan partai komunis Tiongkok atau CPC. Selain menerima kunjungan perwakilan dari partai komunis Tiongkok, PDIP juga mengirimkan sejumlah kadernya untuk mengenyam ilmu di partai komunis itu. Kunjungan partai komunis Tiongkok ke Indonesia dilakukan akhir 2012 lalu.
Pertemuan dihadiri oleh delegasi partai komunis dan petinggi PDIP, di antaranya Wasekjen Hasto Kristiyanto dan Rokhmin Dahuri. Kunjungan ini disebut-sebut sebagai kunjungan penting untuk pembelajaran pembangunan kader akar rumput bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Tak hanya itu, PDIP juga mengirim 15 kadernya ke Tiongkok untuk memenuhi undangan partai komunis Tiongkok. Pengiriman kader ini dilakukan untuk studi banding berbagai masalah pembangunan. Sejumlah nama petinggi PDIP seperti Eva Sundari, Vanda Sarundajang, serta kepala daerah asal PDIP juga mengenyam ilmu politik dari partai komunis tersebut.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Tjahjo Kumolo segera menyerukan seluruh kader partai berada dalam posisi siaga satu.  Pesan singkat Tjahjo kepada seluruh kader PDIP:
 “Fitnah sdh pada situasi krItis seolah PDI PERJUANGAN mengusung kader PKI. PDIP kawan PKI maka PDIP musuh AD di dmk “berita TVone”: -sikap saya sbg sekjen Partai-anggota kader PDI PERJUANGAN segera kami ‘SIAGA SATU’ disiapkan segera mengepung studio TVone- surat Ijin ke Polda Metro km siapkan. Partai minta pertanggung jawaban Bukti siapa nama anggota PKI yg diberitakan TvOne tsb–ini menyangkut Harga diri Kehormatan Partai dan Ibu Megawati Soekarnoputri yg dilecehkan oleh beritaTvONE– (TjahjoKumolo-sekjen PDIPERJ)—disiagakan/dikonsolidasikan seluruh kader–sambil menunggu perintah Lanjut !.”[2]
Puluhan orang yang mengatasnamakan Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem), relawan pasangan capres-cawapres Jokowi-JK mendatangi Kantor TV One Jakarta, Kamis (3/7) dini hari, untuk melakukan protes atas pemberitaan yang menyebut PDIP merupakan sarang komunis. Selain stasiun TV One Jakarta, massa PDIP juga telah menduduki dan menyegel stasiun TV One Yogyakarta. Sementara itu, DPP PDI Perjuangan (PDIP) dikabarkan menyiapkan kadernya untuk mengepung stasiun televisi TvOne.
“Disiapkan segera mengepung studio TVone- surat Ijin ke Polda Metro kami siapkan,” Tjahjo.
PDIP sudah jengah dengan pemberitaan media nasional TV One yang selalu menyudutkan capres Jokowi. Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo mengatakan fitnah terakhir TV One yang menyatakan partai banteng merupakan kawan Partai Komunis Indonesia karena mengusung kadernya, Jokowi, sebagai calon presiden sudah pada situasi kritis. Menurut Tjahjo, berita TV One yang menyebutkan “PDI Perjuangan adalah kawan PKI maka PDIP musuh AD” memberikan stigma buruk terhadap partai banteng itu. Dia menilai pemberitaan itu sudah melecehkan Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum dan kehormatan partai itu sendiri.[3]
Sebenarnya masyarakat umum tidak hanya jengah dengan pemberitaan sepihak TVOne, masyarakat juga sangat jengah dengan pemberitaan-pemberitaan Metro TV yang mendiskreditkan lawan politik pemiliknya.

Tanggapan terhadap sikap PDIP

Aksi massa PDI Perjuangan dan pendukung pasangan nomor urut satu Jokowi-Jusuf Kalla yang menduduki kantor stasiun TV One di Jakarta dan Yogyakarta, menuai kritikan.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Diponegoro Semarang Muhammad Yulianto mengatakan Media telah dimanfaatkan secara berlebihan oleh pemiliknya untuk kepentingan politik pribadi.
Ketidakseimbangan pemberitaan TV One memicu kemarahan dari simpatisan dan pendukung salah satu kandidat calon presiden dan wakil presiden yang ‘diserang’. Aksi penyegelan kantor TV One yang terjadi di Yogyakarta oleh sekelompok massa merupakan akibat dari media yang tidak netral.
Menurut Yulianto, aksi protes yang dilakukan kader dan simpatisan PDIP di Yogyakarta dan studio TV One di Jakarta merupakan sesuatu hal yang wajar. Sebab, PDIP seolah dipojokkan dengan pemberitaan TV One yang mengangkat isu sensitif yakni adanya komunis tanpa ada konfirmasi dari pihak PDIP. Sebagai pilar demokrasi, ruh media dinilai telah runtuh dan kehilangan wibawa. Pelanggaran etika jurnalistiknya sudah parah,”[4]
Sementara itu, Revolusi mental yang kerap digembar-gemborkan oleh Jokowi dan PDIP pun dipertanyakan. Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Pangi Syarwi Chaniago menyatakan:[5]
“Seorang petinggi partai mestinya punya mental dan sikap dewasa dalam menyikapi informasi termasuk tahu hak dan kewajiban sebagai warga Negara.  Tjahyo Kumolo memerintahkan mengepung, bertolak belakang dari komentar Jokowi selama ini yang menjunjung kebebasan pers.  Pemikiran revolusi mental Jokowi kehilangan roh. Ternyata revolusi mental ala Jokowi tersebut tidak memberikan contoh keteladanan yang baik.  Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan sikap para pendukung Jokowi,”
Aksi tersebut juga menunjukkan bentuk kepanikan tim Jokowi.  Situasi kritis, Jokowi mulai diprediksi jeblok, elektibilitas Jokowi diyakini sudah terlampaui oleh Prabowo-Hatta. Ini membuat timsesnya kehilangan akal sehatnya sehingga lebih mengedepankan emosi. Perbuatan Tjahjo kumolo dan tim sukses sendiri bisa sebabkan elektabilitas Jokowi menurun.
Perbedaan Jokowi, Prabowo, dan SBY dalam Menyikapi Kritik Media[6]
Pendudukan dan penyegelan kantor TV One oleh massa PDIP dan pendukung Jokowi-JK menunjukkan bagaimana sikap Jokowi dan pendukungnya terhadap kritikan. Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah membandingkan perbedaan menyikapi kritikan antara Jokowi, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Prabowo Subianto.
  • Jokowi

Cara pihak Jokowi menduduki dan menyegel stasiun TV One bertolak belakang dari komentar Jokowi selama ini yang menjunjung kebebasan pers. Kubu Jokowi telah gagal membentuk opini publik.
“Kalau caranya seperti ini apakah nanti ketika Jokowi berkuasa berita-berita kritis disensor semua atau media tersebut dicabut izinnya oleh Jokowi. Sekarang belum jadi presiden saja sudah main kepung,” kata Pangi.
Terkait tindakan pengepungan TVOne Jakarta dan Yogyakarta oleh simpatisan PDIP, Jokowi, capres yang diusung PDIP, meminta media massa tidak ikut memanas-manasi suasana kampanye pemilihan presiden (pilpres). Jokowi mengatakan tidak memiliki kontrol penuh atas tindakan para relawan ataupun simpatisan meski dalam setiap kesempatan kampanye, dia mengaku selalu mengingatkan relawan agar selalu sabar.[7]
“Tapi kan medianya ikut bantu manas-manasin. Salah sendiri manas-manasin. Makanya jangan ikut manas-manasin. Jangan sekali-kali salahkan relawan.   Meski sudah saya sampaikan di mana-mana bahwa kejelekan harus dibalas kebaikan, tapi kan tidak mungkin semuanya bisa kita handle. Mungkin kali ini memang sudah keterlaluan sampai mereka bereaksi,” kata Jokowi.
“Sebenarnya kita kurang sabar apa? Sejak awal kita diamkan, tapi yang terakhir ini penghinaan besar karena bukan hanya ditujukan pada saya, tapi pada keluarga saya juga. Jumlah relawan itu ribuan tidak mungkin kita suruh sabar semua,” lanjut Jokowi.
  • Susilo Bambang Yudhoyono

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang saat ini berkuasa dan Partai Demokrat, partai penguasa, kerap menjadi sasaran kritik dari berbagai media mulai dari masalah korupsi hingga masalah Cikeas. “Namun SBY tak membredel atau mencabut izin media yang mengkritiknya. Jokowi dan PDIP belum teruji. SBY lebih demokratis,” kata Pangi.
  • Prabowo Subianto

Sikap Jokowi dan pendukungnya juga berbeda dengan Prabowo Subianto. Selaku calon presiden, Prabowo juga banyak dituding berbagai kritikan. Mulai dari dituduh penculik, pembunuh, hingga psikopat, namun Prabowo tetap diam dan tak ada reaksi marah di depan publik. Sehingga anggota partai dan simpatisan tidak anarkhis. Jika ditinjau dari sudut ini prabowo mampu mengendalikan konstituen dg baik.
Anggota partai Gerindra dan simpatisan capres Prabowo juga jengah dengan Metro TVyang banyak memberitakan hal negative dan menyudutkan prabowo itu. Namun sedemikian jauh tidak terdengar anggota Gerindra atau simpatisan yang berjumlah jutaan menyegel MetroTV.
Prabowo Subianto dalam orasi politiknya selalu meminta para kader dan simpatisan serta pendukung tidak saling bermusuhan dengan siapa pun. Prabowo mengatakan, para kandidat merupakan putra-putra terbaik bangsa. Prabowo bahkan menganggap Jokowi juga patriot bangsa yang tidak patut dimusuhi. Mantan Danjen Kopassus itu menegaskan, dia dengan Jokowi-JK hanya berbeda program dan visi misi, pendekatan gaya. Tapi, pada dasarnya mereka juga saudara satu nusa dan bangsa.
Prabowo di Lapangan Made Gondol, Sukoharjo, Jawa Tengah: “Saya harap pendukung saya jangan semangatnya berlebihan, jangan bermusuhan. Kita adalah sama-sama anak bangsa.  Jangan terpancing kita akan diadu. Tidak boleh menganggap mereka lawan. Mereka adalah saudara kita. Semangatnya baik, kita malah bertabrakan, bermusuhan, bertubrukan di jalan. Kadang mengalah itu baik, tapi pada prinsip mengabdi untuk kepentingan rakyat.”[8]
Prabowo dalam acara ‘Deklarasi Presiden 2014 Pemilu Berintegritas dan Damai’, di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan:  “Kita minta pendukung untuk patuh. Saudara Jokowi adalah saudara kita juga dan saudara Jusuf Kalla adalah saudara kita juga dan mereka bagian dari putra terbaik bangsa Indonesia. Kami bersama Koalisi Merah Putih berjanji akan menerima apapun keputusan rakyat Indonesia.”[9]
“Keaslian tidak bisa ditutupi oleh fitnah, seperti halnya Kepalsuan juga tidak bisa ditutupi oleh kemunafikan.” (budhany.wordpress.com)

Remark

Guruh: Kalau Jokowi Kalah, ORDE BARU Bangkit Lagi

Hanya beberapa jam dari kejadian TVOne Guruh Soekarnoputra berorasi dalam kampanye terbuka Jokowi di lapangan Tegalega, Bandung.  Kampanye terbuka dihadiri seribuan massa dari HKTI binaan Osman Sapta dan sejumlah anggota tim sukses serta pengurus DPP PDIP seperti Teten Masduki dan Maruarar Sirait.  Dalam orasinya Guruh mewanti-wanti massa untuk waspada terhadap bahaya Orde Baru. Jokowi harus menang sebab jika kalah, bukan tak mungkin Orde Baru akan kembali bangkit.
“Saya melihat indikasi Orde Baru akan bangkit lagi. Kalau Jokowi tidak menang ORDE BARU bangkit lagi. Tidak ada kata lain kita harus menang,”[10]
Setali tiga uang, orasi Guruh Soekarnoputra bermakna sama dengan pemberitaan TVOne.  Menyudutkan.  PDIP menyanjung ajaran Bung Karno. Jokowi dalam revolusi mentalnya menyatakan Orde Baru layaknya zaman kekerasan dan kedzaliman.  Orde Baru digambarkan sebagai masa kegelapan yang merusak mental bangsa.[11]  Pernyataan Guruh – kalau Jokowi kalah ORDE BARU bangkit lagi, dapat berimplikasi kalau Jokowi menang maka ORDE LAMA bangkit lagi.
Jika bicara PDIP maka akan bicara MEGAWATI.  Bicara MEGAWATI akan bicara SOEKARNO.  Bicara SOEKARNO maka akan bicara ORDE LAMA, lalu bicara NASAKOM Bung Karno – Nasional, Agama dan KOMUNIS bersatu.  Itu fakta politik dan sejarah. Orde Baru merubah stigma, dan stigma negatif melekat pada PKI.  Rakyat “menerima” stigma negatif PKI melalui tragedi pembunuhan 6 Jenderal (yang belum jelas sejarahnya).
Mohammad Natsir (PM RI dan ketua Marsyumi):  NASAKOM – Nasionalis, Agama dan KOMUNIS- satu adalah tidak mungkin seperti tidak mungkinnya minyak dicampur dengan air.
“Janganlah cintamu menjadikan keterlenaan bagimu, dan jangan pula kebencianmu menjadikan kehancuran bagimu.” Umar bin Khaththab radhiallahu anhu

So, pilih mana?

Foto
 Foto
Foto
 Foto

 Foto
 Foto


 Foto



 Foto

 Foto

 Foto



 Foto



Foto
 Foto
Mestinya Jokowi ikut latihan manasik dulu dengan anak-anak TK atau SD, biar nggak salah tuh.... Ginilah nasib kalau orang nggak pernah mengakui kesalahannya... Merasa bener terus, padahal salah KAPRAH... 
 

Foto: Mestinya Jokowi ikut latihan manasik dulu dengan anak-anak TK atau SD, biar nggak salah tuh.... Ginilah nasib kalau orang nggak pernah mengakui kesalahannya... Merasa bener terus, padahal salah KAPRAH...

SUBHANALLOH........
TANDA2 KEMENANGAN SUDAH TERLIHAT
ADA GAMBAR GARUDA DILANGIT INDONESIA

BAGIKAN !!!!

Foto: SUBHANALLOH........
TANDA2 KEMENANGAN SUDAH TERLIHAT
ADA GAMBAR GARUDA DILANGIT INDONESIA

BAGIKAN !!!!




Foto
Foto   Foto


Foto





Foto
Foto
FotoFoto  Foto  Foto



Foto
Foto

Foto

Foto

Foto Pengamat Politik Gerindra Nasional.

Foto Dian Jelex Nakdeso.









Foto Dwi Sekar Arum. 
Ini adalah suara perempuan Indonesia untuk Prabowo-Hatta. Karena suara perempuan Indonesia turut menentukan arah perjuangan bangsa, mari suarakan alasanmu!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar