Survei: Prabowo Ungguli Jokowi
Senin, 23 Juni 2014 16:34 WIB

Warta Kota/henry lopulalan
DEBAT
CALON PRESIDEN - Capres nomor urut 1 Prabowo Subianto (baju batik) dan
Capres nomor urut 2 Joko Widodo (batik) yang di moderator olehProfesor
Hikmahanto Juwana dalam debat capres memasuki babak ketiga yang bertema
Politik Internasional dan Ketahanan Nasional di kemayoran , Jakarta
Pusat, Minggu(22/6/2014) (Warta Kota/henry lopulalan)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei Institut
Survei Indonesia (ISI) yang dilakukan sebanyak tiga kali terkait
elektabilitas calon presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo menyebutkan Prabowo menyalip Jokowi dengan selisih yang tipis, yakni sekitar 2 persen.
"Di dalam survei terakhir kami, Prabowo unggul tipis dari Jokowi. Jaraknya sekitar 2 persen," ujar Direktur ISI Haris Baginda dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (23/6/2014).
Di dalam survei yang dilakukan pada 15-21 Juni 2014 itu, tingkat elektabilitas Prabowo mencapai angka 51,18 persen, sementara Jokowi 48,82 persen.
Di dalam survei ISI, Prabowo sebenarnya sudah bisa menyalip Jokowi sejak survei kedua dilakukan, yakni pada 1-7 Juni 2014. Saat itu, Prabowo mendapat elektabilitas 50,25 persen dan Jokowi 49,75 persen. Namun, pada survei pertama yang dilakukan ISI tanggal 18-24 Mei 2014, tingkat elektabilitas Jokowi masih unggul dari Prabowo, yakni dengan elektabilitas 52,73 persen dan Prabowo 47,27 persen.
Menurut Haris, menurunnya elektabilitas Jokowi tak lepas dari performa cemerlang yang ditampilkan Prabowo dalam pelaksanaan debat.
"Dalam survei ketiga, ada dua kali debat yang dilaksanakan. Ini yang membuat masyarakat berubah pikiran," katanya.
Adapun responden yang digunakan dalam survei ini mencapai 999 orang yang dipillih berdasarkan sampel acak berjenjang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner.
Margin of error dari penelitian ini ialah berkisar /- 3 persen dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Haris menegaskan bahwa survei yang dilakukan lembaganya adalah survei independen atau nonpartisan. Sumber pendanaan survei dikumpulkan dari sumbangan para relawan.
"Kalau saya mau dibayar sekian, saya ambil uangnya, lalu telepon polisi. Untuk ubah itu, saya punya sikap. Tidak ada kontrak dengan parpol dan capres tertentu. Saya pastikan itu," ujar Haris.
"Di dalam survei terakhir kami, Prabowo unggul tipis dari Jokowi. Jaraknya sekitar 2 persen," ujar Direktur ISI Haris Baginda dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (23/6/2014).
Di dalam survei yang dilakukan pada 15-21 Juni 2014 itu, tingkat elektabilitas Prabowo mencapai angka 51,18 persen, sementara Jokowi 48,82 persen.
Di dalam survei ISI, Prabowo sebenarnya sudah bisa menyalip Jokowi sejak survei kedua dilakukan, yakni pada 1-7 Juni 2014. Saat itu, Prabowo mendapat elektabilitas 50,25 persen dan Jokowi 49,75 persen. Namun, pada survei pertama yang dilakukan ISI tanggal 18-24 Mei 2014, tingkat elektabilitas Jokowi masih unggul dari Prabowo, yakni dengan elektabilitas 52,73 persen dan Prabowo 47,27 persen.
Menurut Haris, menurunnya elektabilitas Jokowi tak lepas dari performa cemerlang yang ditampilkan Prabowo dalam pelaksanaan debat.
"Dalam survei ketiga, ada dua kali debat yang dilaksanakan. Ini yang membuat masyarakat berubah pikiran," katanya.
Adapun responden yang digunakan dalam survei ini mencapai 999 orang yang dipillih berdasarkan sampel acak berjenjang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner.
Margin of error dari penelitian ini ialah berkisar /- 3 persen dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Haris menegaskan bahwa survei yang dilakukan lembaganya adalah survei independen atau nonpartisan. Sumber pendanaan survei dikumpulkan dari sumbangan para relawan.
"Kalau saya mau dibayar sekian, saya ambil uangnya, lalu telepon polisi. Untuk ubah itu, saya punya sikap. Tidak ada kontrak dengan parpol dan capres tertentu. Saya pastikan itu," ujar Haris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar