Pembaca sedang mengamati karikatur koran Jakarta Post - (Foto: inilahcom)
Oleh: Iwan Purwantono
nasional - Jumat, 11 Juli 2014 | 14:43 WIB
INILAHCOM, Jakarta - Penghinaan The Jakarta Post (JP)
lewat karikatur menimbulkan luka yang dalam bagi umat Islam. JP dinilai
lebih keji dan sadis dibandingkan Tabloid Obor Rakyat yang diperkarakan
dengan tuduhan menghina Joko Widodo atau Jokowi.
Menurut Ketua Palestine Liberation Indonesian (PLI) Taufik Kadafik Namakule, bobot penghinaan yang dilakukan JP lebih keji dan sadis dibandingkan Obor Rakyat yang disangkakan menghina capres nomor dua itu.
"Jelaslah kalau kasus The Jakarta Post lebih keji daripada kasus Obor. Ini penghinaan terhadap agama, bukan penghinaan terhadap lembaga, perseorangan, atau institusi tertentu, sebagaimana dituduhkan kepada Obor. Makanya polisi harus bertindak lebih cepat. Jangan sampai ada kesan tebang pilih. Umat Islam seluruh dunia akan mengawasinya," tegas Taufik kepada INILAHCOM, Jumat (11/7/2014).
Dia mendesak agar kepolisian memeriksa seluruh pihak yang terlibat dalam penerbitan karikatur yang melecehkan Islam itu. Mulai dari pimpinan umum, pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, penanggung jawab halaman dan pembuat karikatur tersebut.
"Siapapun yang terlibat, harus diperiksa. Saya kira mudah mengungkapkannya. Kasus Obor saja tak perlu waktu berbulan-bulan. Kami harap kepolisian bekerja cepat, adil dan profesional. Jangan sampai ada kesan tebang pilih, karena akan mempengaruhi kepercayaan rakyat terhadap lembaga penegak hukum," tuturnya.
Dia mengemukakan, kepolisian hendaknya jangan bermain dalam menangani kasus pelecehan Islam yang dilakukan The Jakarta Post melalui karikatur yang terbit pada 3 Juli 2014. "Kami akan kawal terus kasus ini. Kasus ini tidak bisa dimaafkan. Pelecehan yang sangat biadab," tandasnya. [yeh]
Menurut Ketua Palestine Liberation Indonesian (PLI) Taufik Kadafik Namakule, bobot penghinaan yang dilakukan JP lebih keji dan sadis dibandingkan Obor Rakyat yang disangkakan menghina capres nomor dua itu.
"Jelaslah kalau kasus The Jakarta Post lebih keji daripada kasus Obor. Ini penghinaan terhadap agama, bukan penghinaan terhadap lembaga, perseorangan, atau institusi tertentu, sebagaimana dituduhkan kepada Obor. Makanya polisi harus bertindak lebih cepat. Jangan sampai ada kesan tebang pilih. Umat Islam seluruh dunia akan mengawasinya," tegas Taufik kepada INILAHCOM, Jumat (11/7/2014).
Dia mendesak agar kepolisian memeriksa seluruh pihak yang terlibat dalam penerbitan karikatur yang melecehkan Islam itu. Mulai dari pimpinan umum, pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, penanggung jawab halaman dan pembuat karikatur tersebut.
"Siapapun yang terlibat, harus diperiksa. Saya kira mudah mengungkapkannya. Kasus Obor saja tak perlu waktu berbulan-bulan. Kami harap kepolisian bekerja cepat, adil dan profesional. Jangan sampai ada kesan tebang pilih, karena akan mempengaruhi kepercayaan rakyat terhadap lembaga penegak hukum," tuturnya.
Dia mengemukakan, kepolisian hendaknya jangan bermain dalam menangani kasus pelecehan Islam yang dilakukan The Jakarta Post melalui karikatur yang terbit pada 3 Juli 2014. "Kami akan kawal terus kasus ini. Kasus ini tidak bisa dimaafkan. Pelecehan yang sangat biadab," tandasnya. [yeh]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar