Bisa Memicu Terjadinya 'Chaos'
Pengumuman Kemenangan Kubu Jokowi Tidak Etis

(Foto: inilahcom)
Oleh: Edy Mulyadi
nasional - Kamis, 10 Juli 2014 | 16:25 WIB
INILAHCOM, Jakarta - Inspektur Jenderal Polisi
(Irjenpol) Anton Tabah mengendus ada sejumlah keanehan pada Pemlihan
Presiden kali ini. Puncak keanehannya adalah, pengumuman kemenangan yang
terlalu dini oleh pihak pasangan Jokowi-Jusuf Kalla. Padahal,
pemungutan suara baru saja satu jam berlalu.
Kepada INILAHCOM, jenderal polisi aktif yang juga pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini menyebut, pengumuman kemenangan yang dilakukan kubu Jokowi itu terlalu prematur. Sejak awal, para pakar dan analis politik mengingatkan, hitung cepat sebaiknya diumumkan setelah suara masuk sudah 100%. Pasalnya, Pilpres kali ini hanya diikuti dua pasangan.
“Apa yang dilakukan kubu Jokowi-JK sangat tidak etis. Mereka bukan cuma merasa sudah menang, tapi bahkan memproklamasikan kemenangannya secara demonstratif dan massif. Anda bisa bayangkan, bagaimana jika ternyata kemudian pengumuman resmi KPU (Komisi Pemilihan Umum) menyatakan sebaliknya? Apa tidak berpotensi menimbulkan chaos?” ujar anggota Dewan Pakar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Pusat itu.
Mantan ajudan Presiden Soeharto ini berharap, seharusnya semua peserta Pilpres bisa dan mau berpolitik dengan santun. Mereka harus menunjukkan budaya Indonesia. Jangan cuma bisa gembar-gembor tentang politik yang beretika, namun faktanya tidak mewujud dalam prilaku. Dengan begitu, demokrasi yang berbudaya Indonesia baru bisa benar-benar terwujud.
“Kita membutuhkan para politisi yang berpolitik yang berakhlak. Berpolitik yang berakhlak adalah taat hukum, taat azas, taat norma dan taat agama. Bukan berpolitik yang menghalalkan segala cara demi mencapai kemenangan dan kekuasaan. Orang-orang seperti ini tidak segan-segan menjadikan rakyat sebagai korban demi ambisi politiknya,” papar jenderal yang juga muballigh ini. [*]
http://www.spektanews.com/2014/07/terlampau-gembira-megawati-keceplosan.html#.U79bOOlHc60.facebook
Kepada INILAHCOM, jenderal polisi aktif yang juga pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini menyebut, pengumuman kemenangan yang dilakukan kubu Jokowi itu terlalu prematur. Sejak awal, para pakar dan analis politik mengingatkan, hitung cepat sebaiknya diumumkan setelah suara masuk sudah 100%. Pasalnya, Pilpres kali ini hanya diikuti dua pasangan.
“Apa yang dilakukan kubu Jokowi-JK sangat tidak etis. Mereka bukan cuma merasa sudah menang, tapi bahkan memproklamasikan kemenangannya secara demonstratif dan massif. Anda bisa bayangkan, bagaimana jika ternyata kemudian pengumuman resmi KPU (Komisi Pemilihan Umum) menyatakan sebaliknya? Apa tidak berpotensi menimbulkan chaos?” ujar anggota Dewan Pakar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Pusat itu.
Mantan ajudan Presiden Soeharto ini berharap, seharusnya semua peserta Pilpres bisa dan mau berpolitik dengan santun. Mereka harus menunjukkan budaya Indonesia. Jangan cuma bisa gembar-gembor tentang politik yang beretika, namun faktanya tidak mewujud dalam prilaku. Dengan begitu, demokrasi yang berbudaya Indonesia baru bisa benar-benar terwujud.
“Kita membutuhkan para politisi yang berpolitik yang berakhlak. Berpolitik yang berakhlak adalah taat hukum, taat azas, taat norma dan taat agama. Bukan berpolitik yang menghalalkan segala cara demi mencapai kemenangan dan kekuasaan. Orang-orang seperti ini tidak segan-segan menjadikan rakyat sebagai korban demi ambisi politiknya,” papar jenderal yang juga muballigh ini. [*]
http://www.spektanews.com/2014/07/terlampau-gembira-megawati-keceplosan.html#.U79bOOlHc60.facebook
Terlampau Gembira, Megawati Keceplosan Akui Haus Kekuasaan
SPEKTANEWS (Jakarta) Rabu kemarin (9/10), saat hasil quick
count dari pihak kubu Capres pasangan Joko-Kalla dirilis, entah kenapa Ketua
Umum PDIP Megawati Soekarnoputri keceplosan mengakui rasa hausnya pada
kekuasaan yang telah ia tahan selama 10 tahun terakhir.
Pernyataan yang menyiratkan haus akan kekuasaan dilontarkan
Megawati dalam jumpa pers yang telah dijadwalkan kubu nomor urut 2 itu usai
menyaksikan hasil quick count di kediaman petinggi PDI-P itu di Kebagusan,
Jakarta Selatan.
"Saya mengucapkan beribu terima kasih. Karena setelah
kami puasa selama 10 tahun. Maka transisi untuk pada Oktober nanti presiden
terpilih akan dilantik," kata Megawati, Rabu kemarin (9/7).
Pada kesempatan jumpa pers itu Megawati didampingi Capres-Cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla dan
tokoh Parpol lain seperti Puan Maharani, Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh
dan Ketua Umum PKPI, Sutiyoso.
Megawati juga mengatakan bahwa Indonesia yang akan dipimpin oleh Jokowi akan menjadi negara yang lebih maju.
Megawati juga mengatakan bahwa Indonesia yang akan dipimpin oleh Jokowi akan menjadi negara yang lebih maju.
"Indonesia ke depan adalah Indonesia yang
makmur, adil, dan sejahtera," tandas Megawati.
Sementara Joko Widodo sebagai Calon Presiden usungan Partai PDI-P nampak tak banyak bicara.
Sementara Joko Widodo sebagai Calon Presiden usungan Partai PDI-P nampak tak banyak bicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar