Inilah Kritik Mantan Sekda Solo Terhadap Jokowi

Supradi yang pernah menjabat sebagai Sekda Solo pada tahun 2009-2010 mengatakan, banyak program Jokowi yang mangkrak. Selain itu, ia menyebut jika Jokowi hanya pandai melakukan pencitraan saja.
Berikut kritik yang dilontarkan oleh Supradi terhadap Jokowi:
Banyak Program Jokowi Mangkrak
Supradi mengatakan banyak program-program Jokowi di Solo yang saat ini mangkrak. Misalnya, pembangunan beberapa taman, seperti Sekar Taji, Terminal Tirtonadi, City Walk yang semrawut, Railbus, Pasar tradisional, dan lain-lain.Terkait berita kesuksesan Jokowi memindahkan ribuan PKL Banjarsari ke Pasar Notoharjo, Ia mengatakan itu bukan hasil kerja Jokowi, melainkan FX Rudy, yang saat itu menjabat Wakil Walikota Solo.
"Kalau pemindahan ribuan PKL Banjarsari ke Pasar Notoharjo itu kan peran Pak Rudy (wakil wali kota saat itu). Kemudian juga adanya bantuan modal dari Kementerian Koperasi pada tiap PKL sebesar Rp 5 juta. Itu yang membuat pemindahan PKL lancar," ujar Supradi.
Ia mengaku mengetahui hal tersebut secara pasti, lantaran saat itu Supradi menjabat sebagai Kepala Dinas Koperasi. Menurut Supradi keberhasilan pemindahan PKL tersebut telah membuat nama Jokowi menjadi terkenal. Namun sayangnya, lanjut Supradi, keberhasilan tersebut menjadi tunggangan Jokowi untuk menjadi gubernur dan presiden.
Supradi menyayangkan saat ini banyak masyarakat yang tidak mengetahui kinerja Jokowi sebenarnya di Solo. Padahal beberapa bangunan hingga saat ini masih mangkrak. Banyak kios di pasar tradisional yang dibiarkan kosong. Sementara kemiskinan di Solo, juga masih tinggi.
Kemiskinan di Solo meningkat
Bukan hanya banyak program Jokowi yang mangkrak, Supradi juga menyebut selama menjabat sebagai Walikota Solo, Jokowi gagal menekan tingkat kemiskinan di kota itu."Sebut saja Terminal Tirtonadi, taman Sekar Taji, City walk, kios pasar kosong, masih banyak yang lainnya. Tingkat kemiskinan di Solo selalu naik, waktu zamannya dia. Sukses dari mana ?," ujarnya.
Supradi mengaku tak mempunyai permasalahan apapun dengan Jokowi. Waktu menjadi anak buahnya di Pemkot Solo, dirinya mengaku juga tak pernah ada permasalahan. "Penilaian saya obyektif, saya hanya bicara fakta. Pak Jokowi belum pantas memimpin Indonesia. Kita butuh pemimpin yang tegas, cerdas, dan bisa mengayomi bangsa," tegasnya.
Mobil Esemka Hanya Jadi Kendaraan Politik Jokow
Supradi Kertamenawi juga menyebut jika proyek mobil ESEMKA, hanya sebagai pencitraan Jokowi semata. Ia mengakui jika sejak mobil ESEMKA gencar menjadi pemberitaan, nama mantan bosnya itu ikut melambung.Mantan Sekda Kota Solo era Jokowi itu bahkan terang-terangan menyebut, mantan bosnya tersebut sengaja menggunakan Esemka sebagai kendaraan politik untuk menuju ibu kota.
Setelah tercapai tujuannya, menjadi gubernur, Jokowi tak peduli lagi dengan nasib Esemka. Mobil berpelat merah AD 1 A, dan AD 2 A pun saat ini hanya menjadi pajangan di Solo Tecno Park (STP), tempat produksi Esemka.
"Jelas Esemka itu hanya sebagai tunggangan. Menurut kami, Esemka itu kan sebuah lembaga pendidikan, lembaga pengetahuan. Kalau dia mau bikin mobil kan seharusnya bikin tempat produksi. Kalau STP sekarang dibikin sebagai tempat produksi, namanya itu nyalahi pakem (aturan)," tegasnya.
Gaya berpakaian Jokowi Hanya Pencitraan
Penampilan capres Joko Widodo (Jokowi) yang terkesan sederhana dan merakyat, dengan baju putih atau kotak-kotak, celana hitam serta sepatu kats dinilai hanya sebuah pencitraan. Tujuannya adalah merebut simpati atau hati rakyat, agar citranya naik.Supradi Kertamenawi, mantan Sekda Kota Solo era Jokowi ini bahkan terang-terangan menyebut, penampilan mantan bosnya tersebut hanyalah sebuah pencitraan belaka. Pasalnya dulu sewaktu di Solo, Jokowi tak pernah mengenakan pakaian seperti itu.
"Dulu waktu menjadi wali kota apa pernah pakai pakaian seperti itu. Pakainya ya jas dan dasi, selalu jas dan dasi setiap hari. Sekarang kan nyatanya seperti itu. Kalau yang ngerti, ya, Jokowi nyatane mung (ternyata hanya) bohong," katanya.[bay]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar